Kapuccino
kuseduh sepi yang kembali hadir
dalam secangkir kopi.
saat udara masih dikepung oleh sunyi
di yang "buta" ini
tanah-tanah bermalasan
berselimut pada dedaunan
yang jatuh berserakan
--sisa-sisa kemarin
lalu tibalah yang merangkak
merambat dan mulai berjalan
yang dari arah tepi cakrawala
mengundang kembali arti nyata
di yang dingin ini
embun di antaraku lenyap
tak bersisa, ditembus pagi
tapi bolehkah sekejap lagi?
"Kapuccinonya belum habis."
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak komentar yang bijak ya :)